Home » » Jangan Mencariku

Jangan Mencariku

Posted by CB Blogger



Jangan Mencariku

            Bahagia itu selalu ada dan banyak macamnya, ita hanya perlu bersyukur dan menyadari bahwa kita selalu memilikinya—meski hanya dalam bentuk yang sederhana. Begitu kata orang-orang bijak. Tapi bukankah itu juga sebuah penyangkalan, bahwa sebetulnya kita hanya diizinkan punya porsi terbatas untuk bahagia?
           Kamu tahu? Terkadang, cukup dengan melihatmu bahagia dari jauh ku temukan bahagiaku. Bahagia yang ku cari bukan sebab datang dengan maunya sendiri; semu memang. Tapi setidaknya lebih baik daripada membencimu, bukan? Bahagia ini seperti dipaksakan, aku tak punya lagi pilihan dan menganggap kamu kisah lama yang aku mesti lupa  dan aku belum pintar melakukannya.
          Meski entah, ini memang bahagia yang sesungguhnya, atau imajinasiku terlalu terlatih untuk mengada-ada? Entah… dengan melihatmu tersenyum aku juga merasakan yang sama, atau semua hanya karena aku tak lagi memiliki pilihan? Terkadang lucu, jika memang  benar ada wujud bahagia seperti itu. Padahal kalau boleh jujur, aku ingin bahagiamu yang dibagi denganku. Kupandang sebuah pohon dengan tatapan penuh kagum sebab bagaimana bisa ia tetap berdiri tegak, sementara melihat dedaunan yang selama ini dipertahankannya, justru jatuh dan kemudian meninggalkannya? Atau, ini hanya salah satu cara semesta untuk mengajarkanku lebih kuat.
          Kuat itu aku, yang telah lama jauh terjatuh padamu, tahu sakitnya luka, namun harus terus mengulanginya saja. Lemah itu kamu, datang sebab terluka, lalu pergi sebab bosan dijaga. Barangkali jika ada kekacauan di poros bumi ini dan semua hal jadi terbalik, aku baru paham caramu yang mudah pergi. Ataupun kamu kelak mengerti caraku yang keras kepala selalu menantimu. Lalu aku harus kemana? Tepatnya, aku harus bagaimana? Menerimamu yang muncul tiba-tiba dan merelakan begitu saja padahal ingin tak ada? Kamu ingin (si)apa? Seseorang dengan perasaan sekeras batu dan sikap sediam patung? Sebab, bagaimana mungkin aku mampu untu terus bertahan melihatmu semudah itu berpaling, namun harus menjadi yang sangat siap ketika kamu tak menemukan sesiapa lagi untuk berbagi?
           Barangkali sejak awal kita tidak seharusnya bertemu, agar tak ada rasa yang bertamu—agar inginku tak melulu hanya kamu. Barangkali sejak dulu mestinya kamu mencintai aku. Biar aku jadi yang pintar berlalu, biar aku jadi yang pura-pura lupa pernah sengaja menyakitimu; ah, tapi apa gunanya? Jika kamu ada di posisiku, apa benar kamu tetap memilihku meski aku tak menoleh padamu? Bahkan mengkhayalkanmu saja aku tak berani.
           Tak perlu kamu tahu sesakit apa aku, yang kuperlu hanya kamu bilang iya untuk cintaku. Paling tidak, aku sudah pernah mencoba untuk terjatuh, meski bukan kedua tanganmu yang menangkap hatiku secara utuh. Memang ada yang hancur dan tidak secara baik tertata, namun paling tidak aku selangkah lagi menuju masa yang belum ada dan penuh bahagia. Yang perlu kamu tau, tetap memilihmu bukanlah pilihan; itu keputusan. Menyesal bukanlah bagianku, jika bagianmu jika kelak kehilangan aku. Sebab aku berani bertaruh; belum pernah kamu menerima hati lain yang cukup gila terus menerus peduli terhadapmu.
           Ingatlah, jika ia menyakitimu, jangan cari aku; sebab nanti, aku yang lebih dulu menemukanmu. Jika tak mau temukan aku, tetaplah jangan mencari. Sebab barangkali yang ingin kamu temukan bukanlah aku, melainkan dirimu yang lain yang sejak lama ada padaku. Maka teruslah jangan aku yang kamu cari, hanya sebab kamu tak mau merasa sendiri. Kuharap saat itu aku telah cukup egois, dengan menutup rasa dari apapun yang kutahu bisa membuatmu menangis.

1 MARET 2017
00:20 WIB
Kolaborasi Rasa


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Sample text

Sample Text

Social Icons

Followers

Featured Posts