Home » » Hanya dalam Diam.

Hanya dalam Diam.

Posted by CB Blogger

Hanya dalam Diam.

Selamat tengah malam, sayang…
Aku sengaja memulai menulis surat ini tepat tengah malam ketika orang-orang sedang beristirahat, setelah seharian penuh sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Semoga mimpimu saat ini lebih indah karena ada dia di sebelahmu—dan semoga keesokan harinya kamu bisa membaca tulisan ini diwaktu kosong ataupun sedang merasa rindu terhadapku.
Maaf, kalau aku lancang mengucap sayang terhadapmu. Aku tahu dan aku sadar sekali kalau aku memang tidak pantas memanggilmu begitu. Maafkan aku, kau apa kabar? Masih tenggelam dalam kesibukkanmu berorganisasi seperti dulu? Atau mungkin kau sudah rajin membaca buku? Tapi aku tidak yakin kemungkinan yang kedua itu. Lucu saja membayangkanmu membaca buku selama satu hari penuh diselingi kegiatan organisasi-organisasi sekolah yang banyak menguras tenaga dan pikiran.

Terakhir yang ku tahu, kau sudah menjalin hubungan dengan seseorang yah? Ah, akhirnya hatimu menemukan tempat untukmu bersandar. Semoga dia orang yang tepat untukmu. Dia pasti cowok yang hebat sekali. Kau tahu kenapa aku bisa seyakin itu? Yah, bukannya kau sendiri yang bilang kalau kau belum ingin menjalin suatu hubungan dengan seseorang? Tapi… tapi saat pertama kali melihatnya, kau langsung jatuh hatikan? Kau langsung melupakan prinsipmu itu, kan?
Tatapanmu teduh sekali saat itu. Raut wajahmu sangat tenang—saat dirinya memintamu untuk menjadi kekasihnya. Saat itu senyum malu-malu terurai dari wajahmu, kau juga deg-degan kan? Saat si dia  mulai bermain kata-kata dan si dia mulai mengunngkapkan perasaannya ke kamu? Aku yakin sekali—kalau tidak ada orang disana, kau pasti akan melompat kegirangan, bukan? Kau mau tahu kenapa aku tahu setiap detail tentang kejadian ini? Karena akupun berada disana—cukup jauh untuk membuatmu tidak menyadari kehadiranku, tapi cukup dekat untuk membuatku bisa melihat dengan jelas setiap inchi kejadian itu. Mulai dari memberikanmu bunga, coklat, lukisan tentang dirimu dan juga hal-hal yang kamu sukai saat itu.
Ahh, bolehkah aku iri pada cowok itu? Dia bahkan belum genap sebulan mengenalmu kan? Tapi dia sudah memenangkan hatimu begitu saja—dia membuatmu bertekuk lutut dalam sekejap. Padahal… padahal aku sudah menyukaimu sejak saat perkenalan melalui linimasa itu. Lalu entah bagaimana caranya takdir berbaik hati membuat kita saling mengenal.

Aku iri pada cowok itu. Dia bisa memenangkan hatimu tanpa harus berjuang menghiburmu setiap sedih datang menghampirimu. Dia mendapatkan hatimu dengan mudah begitu saja—sedangkan aku? Aku yang mencintaimu—meski dalam diam hanya bisa tergugu saat tau dia telah memenangkan hatimu. Jujur aku ingin menjadi dia, yang bisa membuatmu tersenyum sebelum kamu beranjak tidur. Aku emang iri padanya, tapi aku tidak akan menggangu dan membencinya—aku yakinkan tentang itu.
Aku tau kalau dia yang membuat senyum dan tawa selalu terurai dari wajahmu yang tenang, bagaimanalah?
Semoga kamu berbahagia dengannya, yah.. semoga memang dia yang menjadikanmu tempat untuk dia pulang. Aku memang tidak seberuntung itu untuk menjadi orang yang bisa membahagiakanmu. Cukuplah aku mendoakan kebahagiaanmu dalam doa panjangku, seperti yang setahun terakhir selalu aku lakukan; setiap hari.

00:00

15 March 2017


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Sample text

Sample Text

Social Icons

Followers

Featured Posts