coffee
Hubunganku dengan kopi adalah
hubungan yang sulit didefinisikan Aku membenci caranya membuatku—yang memang
insomnia ini—tertidur kala mentari sudah meninggi, namun aku mencintai caranya
membuatku tetap berakal waras. Aku membenci caranya melumat lambungku yang
memang sudah divonis tidak boleh menyentuh biji kopi, namun aku mencintai
caranya menggelitik hidung dan lidahku.
Jika mereka bertanya apakah arti kopi bagiku, aku akan menjawab: kopi adalah mantan pacar yang masih mengendap-ngendap datang hanya untuk membuatku sejenak jatuh cinta tanpa benar-benar terikat, dan kadangkala menimbulkan rasa sakit.
Jika mereka bertanya apakah arti kopi bagiku, aku akan menjawab: kopi adalah mantan pacar yang masih mengendap-ngendap datang hanya untuk membuatku sejenak jatuh cinta tanpa benar-benar terikat, dan kadangkala menimbulkan rasa sakit.
Malam ini duduk dengan sebuah buku
dan secangkir kopi favorit. merenungi hariku yang berat. Mood-ku sedang tidak
baik. Sementara diluar rumah masih hingar bingar manusia yg lalu lalang. Semua
orang dengan masalah mereka sendiri-sendiri. Secangkir kopi yang dilebur dengan
green tea ku hidangkan di meja tempat aku melamun dan sesekali membaca buku yg
sebenarnya tdk terlalu berminat untuk membaca. Tiga seruput, senyumku
mengembang.
Kopi adalah cerminan hidup,
kepahitan yang memang sudah seharusnya bisa dinikmati dengan cara kita sendiri.
Dan layaknya kopi, jika hidup terlalu pahit, kita selalu bisa meleburkan green
tea, gula, bahkan rasa syukur dan ikhlas sebagai pemanis.
Caffe diujung Sebrang
0 comments:
Post a Comment