![]() |
Tentang Rasa |
Aku tidak
sehebat pujangga-pujangga tempo dulu, yang tulisannya sederhana namun menyentuh dikalbu; aku juga tak sekeren
fiersa besari yang setiap penampilannya begitu didamba-dambakan banyak kaum
hawa; aku hanyalah seseorang manusia penuntut rasa yang saat ini sedang
bergumul dengan apa yang namanya “rasa”.
Salahkan aku
ketika saat ini aku bergumul dengan rasaku sendiri? sebab rasa ini masih
menunggu kehadiranmu kembali kepelukanku; hanya kehadiranmulah yang bisa
membuat rasa ini semakin berkobar diantara duka dan lara.terlalu Bodoh...
Membiarkan rasa ini tumbuh tidak dengan sewajarnya, ia wajar ketika ia
menemukanmu dengan sosok yang menyerupaimu. Tetapi kebanyakan tidak
sewajarnya didalam rasaku ini.
Aku senang
ketika rasa ini menemukan tempatnya berlabuh? Sebab ia bisa tumbuh dengan
semestinya sebagaimana rasa-rasa yang dimiliki seseorang yang jatuh cinta. Aku
percaya—rasa kian menumbuhkembangkan hati, rasa juga yang meninabobokkan sifat
egois serta rasa pula yang menumbuhkan kepercayaan dan tanggung jawab dalam
memiliki. Tidak ada yang lebih baik dari sekedar rasa. Kamu lihat seseorang
kakek dan nenek begitu setianya ia berdua
sampai saat ini, lantas kenapa mereka bisa sesetia itu sampai saat ini? Karena mereka berdua
memiliki rasa yang sama dan menumbuhkannya
dengan cara yang begitu menakjubkan bagi sebagian orang. Dan saat ini
mereka mendapatkan hasilnya seperti :
kesetian yang saat ini masih dipegang; tanggung jawab dari mereka berdua, dan
yang lebih penting rasa juga yang menghadirkan rasa sayang diantara mereka
berdua.
Aku yakin
setiap manusia pasti memiliki rasa dalam dirinya, hanya saja ia lebih memilih
tidak mau menumbuhkembangkan rasa tersebut. Lantas kenapa manusia zaman
sekarang tidak bisa menumbuhkan sebuah rasa? Entah. Gengsilah yang membuat rasa
itu mati tak bernyawa dalam kondisi yang memprihatinkan. Coba kau pahami,
ketika orang jatuh dari sepeda atau apa tetapi orang-orang zaman sekarang
mengambil hp, memfotonya dan upload ke social media yang mereka punya.
Disinilah rasa yang ada pada dalam dirimu tak mau menumbuh semesti. Sebab rasa
pedulinya tertutup dengan gengsi dan anti sosial.
Tuhan
menyiapkan rasa kepada manusia berbeda-beda, hanya saja manusianya lah yang
menumbuhkembangkan rasa itu menjadi lebih besar lagi, karena orang yang
berhasil menumbuhkembangkan sebuah rasa
akan menghasilkan manusia yang baik budi pekertinya. Sebagaimana tujuan tuhan menciptakan makhluk
bernama “rasa”.
“Hargailah rasa, sebab rasa yang
membuat aku dan kamu menjadi kita”
Jakarta,2 Februari 2017
0 comments:
Post a Comment