Aku berlarut
–larut dengan luka. seseorang yang kucintai setengah mati, pergi tanpa
pesan meninggalkanku sendirian di
pertengahan jalan. Ia pergi dengan senyuman yang membias diantara kita entah
itu tanda-tanda untukku lepaskan. Kau tau tidak biasanya kamu memberikan
senyuman itu kepadaku ; senyumanmu yang kuanggap sebagai senyum palsumu untukku
agar kau bisa mencari-cari hati untuk kau singgahi dan menetap kembali.
Ada
seseorang memberitahuku, sebelum peristiwa itu terjadi. Seseorang yang
melihatmu bergembira—ria bersama sosok
ksatria itu yang membuatmu merasakan cinta yang dulu hilang. Aku tak tau siapa
ksatria itu? Aku hanya mengira bahwa ksatria itu sosok yang membuatmu
memberikan senyuman palsu untukku agar kau bisa lebih dekat dengannya. Entah… hanya hatimu yang tau.
Semakin hari
kian menyesakkan , aku sendiri yang melihat kejadian itu yang sesungguhnya.
Dengan senangnya kau tertawa, bahagia, dan bersenang-senang dengan ksatria itu.
Begitu mudahnya ksatria itu bisa mendapatkan perhatian dari mu. Kau tak tau
bagaimana aku bisa menemukanmu? Dan kau tak tau bagaimana caranya aku
mendapatkan perhatian darimu? Entah… aku menemukanmu dengan caraku sendiri, aku
menemukanmu harus bergumul dulu dengan luka dimasa lalu. Berhari-hari aku sembuhkan
luka itu tetap saja luka itu kian terasa, sebab luka yang kau tancapkan saat
itu menghumuskan pertahananku. Aku yakin luka ini akan sembuh dengan
berputarnya waktu dan seseorang yang baru datang di kehidupanku.
Selang
berapa lama doaku terkabulkan oleh tuhan, lukaku kian mengering—terus mengering
dan akhirnya tersembuhkan juga, ku mulai langkah yang baru dan hidup yang baru;
kubuang semua bayang-bayang wajahmu (sebelum kamu yang saat ini menghampiri di
kehidupanku). Ku habiskan hari-hariku
dengan teman dan sahabat, sebab merekalah yang mensupportku agar aku bisa
moveon dan sembuhkan luka darimu.
Tiba-tiba
pandangan mataku tertuju pada seseorang yang menggunakan kerudung merah dihiasi
gincu yang senada dan selaras dengan warna kerudungnya. Ia begitu sempurna saat
ku pandangi (pandangi dengan tatapan yang tidak penuh dengan nafsu). Ahh sial
hatiku mulai terpancing kembali (bisikku dalam hati). Kau tau sebenarnya diriku
tak mau lagi bergumul dengan namanya cinta; sebab efek kupu-kupunya banyak
merusak rencanaku dimasa depan. Tapi pertahananku hancur saat matamu yang bulat
itu menembus pertahananku. Entah berapa
lama aku berpikir seperti itu. Tiba-tiba perempuan berkerudung merah itu pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Kau tau
perjumpaan denganmu itu merupakan yang sederhana, sebab aku yang saat itu
sembuh dari luka bisa kembali tersenyum dan mengenal cinta kembali tentu semua
itu dari mu.
“ tidak ada yang bisa menyembuhkan
luka
… tanpa ada waktu yang
menyembuhkannya”
Jakarta, 1 Februari 2017
0 comments:
Post a Comment